Nurul Mar'atus Sholihah, S. Pd.

Kunjungi Profil

Jaman Serba Digital, Masih Mau Berprofesi Guru?

Adakah yang sedari kecil saat ditanya mau menjadi apa, tanpa ragu menjawab “ingin menjadi guru?”

Guru – Pekerjaan yang dalam sudut pandang anak kecil saat itu sangatlah keren: Membagikan cerita seru, membuka jendela wawasan, menjadi sahabat sekaligus orang tua di sekolah, membangun ikatan yang erat, memiliki tips belajar menyenangkan, bisa tegas dan santai dengan elegan.

Guru – Pekerjaan yang sepertinya tanpa resiko, berbeda dengan dokter yang bersinggungan dengan hidup pasien, bukan seperti polisi yang siap bertaruh nyawa demi keselamatan warga, tidak juga seperti pebisnis yang harus siap hadapi kerugian.

Guru – Jam kerjanya enak karena mengikuti jam sekolah murid.

Realitanya setelah merasakan sendiri, menjadi guru tak kalah beresikonya dengan profesi lain, tak seenak yang dibayangkan, dan tak selalu terlihat keren. So, beberapa poin tersebut apa masih relevan dijadikan alasan generasi sekarang memilih berprofesi guru? Pun banyak lulusan bergelar “S. Pd” namun menolak jadi guru. 

Mengutip dari mbak @najeelashihab, “Murid dan mahasiswa menurut jurnal penelitian, hanya 3-4% yang ingin jadi guru atau dosen setelah selesai pendidikannya.” Waaah berbeda sekali dengan kondisi masa kecilku dulu. Kira-kira kenapa ya peminat profesi guru semakin menurun?

  1. Pilihan profesi yang kian beragam.

Pilihan profesi kian bervariasi seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan. Guru yang notabene menjadi pekerjaan paling bergengsi di era sebelum tahun milenium, untuk saat ini tak lagi sementereng dulu.

  1. Krisis teladan guru sebagai inspirasi di bidang Pendidikan.

Ada juga oknum guru yang memberikan pandangan buruk dimana guru yang harusnya “digugu lan ditiru” malah menjadi tokoh antagonis yang melanggar norma. Murid sepertinya haus akan teladan dari para gurunya. Padahal ilmu paling manjur disalurkan melalui teladan/memberi contoh secara langsung dari tindakan maupun lisan diri sendiri.

  1. Zaman dimana ilmu diperoleh dari mana saja dan siapapun.

Inilah era digital, dimana murid lebih senang mencari jawaban dengan bertanya kepada “Mbah Google”. Guru hanya dijadikan penghasil nilai rapot saja. Miris. Namun guru di kelas semakin tak diharapkan. Murid lebih bergantung pada gadget dan internet.

Bagaimanapun lika-liku guru saat ini, terimakasih untuk para guru yang sudah membersamai masa sekolah muridnya penuh warna dan cerita. Menginspirasi kami terus belajar menjadi sosok guru yang dibutuhkan murid. Karena teknologi tidak akan pernah bisa menggantikan kehadiran guru dalam pembelajaran.

DigitalInternetprofesiguru
Komentar (0)

Tuliskan Komentar Anda

- Belum ada komentar, jadilah yang pertama berkomentar -